Bukittinggi,nuansanews.com – Pekerjaan yang berat atau mengandalkan kekuatan fisik biasanya dilakoni oleh seorang pria. Sebab, pria mempunyai tanggung jawab yang lebih besar untuk memenuhi kebutuhan keluarganya namun, jangan pernah meremehkan wanita sebab banyak juga wanita hebat di luar sana yang bisa memikul pekerjaan berat, bahkan lebih berat dari seorang pria
Nelpi (60 tahun) pemilik perusahaan batu merah Saroma yang beralamat di jln Abdul Manan Sarojo, RW01/Rt07,Kelurahan Campago Guguak Bulek, Kecamatan Mandiangin Koto Selayan,Kota Bukittinggi , mengatakan kepada awak media nuansanews.com, perusahaan ini sudah berjalan lebih dari 10 tahun dan penjualan batu bata pun sudah sampai diluar kota ( Agam ) paling jauh pesanan batu bata ini didistribusikan ke daerah Sungai Pua,lasi ,canduang.
Pembuatan batu bata ini pun dilakukan melalui proses penggilingan tanah pengeringan,pemangangan,pendinginan ,hingga batu siap didistribusikan semua dilakukan oleh beberapa tenaga pekerja yang bekerja di pabrik batu bata yang masing masing pekerja diupah sesuai tupoksi pekerjaan yang dilakukan selama proses pembuatan batu bata .
Untuk proses pemanggangan batu bisa dilakukan 2 kali dalam sebulan dengan 2buah boxs pemanggangn yang muatan1 boxs besar pemanggangan bisa memuat batu sebanyak 50 ribu dan 40 ribu batu pada boxs kecil.pemanggangan batu bata dengan Kayu ini menghabiskan hari selama 5 hari 5 malam yang mana pekerja nya bekerja siang malam dengan pekerja yang begantian karna disaat proses pemanggangan api pada boxs tidak boleh padam agar batu bisa terpanggang meratadapat menghasilkan batu yang bagus sehingga tidak mudah patah.
Pada umumnya pekerja batu bata ini adalah ibu ibu ada juga laki laki ,dengan jumlah pekerja sebanyak 8 orng ,karna pekerjaan ini berat nelpi pun tidak mentarget kan berapa siap dicetak dalam seharinya namun di akhir pekan nelpi menggaji pekerja sesuai berapa batu bata yang mereka cetak selama seminggu nya dan hari libur pekerja kami liburkan.
Bekerja di pabrik batu bata Saroma tidak ada unsur paksaan menurut Mira selain anak Nelpi ikut sebagi pekerja batu bata juga menyebutkan jika ada diantara karyawan yang libur atau sakit atau keperluan mengurus sekolah anak ,pekerja bisa libur sàmpai urusan nya selesai dan mulai bekerja kembali.
Dan setelah batu siap siap untuk proses pemanggangan batu bata biasanya pekerja dibelikan nasi bungkus sebagai kebersamaan mereka dalam bekerja.
Pekerja merasa senang karna pekerjaan yang dilakukan ini dapat membantu memenuhi kebutuhan ekonomi rumah tangga ucap Aira salah seorang pekeja batu bata ini pekerjaan sebagai kuli bata dia lakoni sejak pukul 08.00 hingga 17.00 Aira Sebagai seorang ibu rumah tangga dia baru berangkat bekerja setelah selesai masak dan beres-beres di rumahnya.
“Di rumah pagi pukul 05.00 Aira sudah masak Selesai di rumah baru berangkat,” ucapnya selama lebih 10 tahun bekerja sebagai dipabrik batu bata ini kaus lengan panjang, celana panjang selalu menjadi ‘seragam’-nya di kala bekerja. Mira menuturkan dirinya mendapat upah Rp 50-75 ribu per hari dari pekerjaannya tersebut kerja begini,dulu selama anak saya masih kecil saya ibu rumah tangga.
Pas anak sudah agak gede, baru saya tinggal kerja, apalagi banyak kan tetangga-tetangga yang juga kerja begini, ya hasilnya buat nyekolahin anak, kasih jajan anak,” terang ibu dua anak ini berkat perjuangannya,Aira mengatakan, dari dua anaknya Dia pun mengaku bangga karena bisa menyekolahkan anak suka-duka bekerja sebagai kuli batu bata turut dia rasakan bersama para pekerjanya.
Namun namanya kita kerja, ada sih panas mengeluh dah semuanya, apalagi sampai nggak ada angin pada merah-meruh (ngeluh) terang ibu ini dua anak ini.
meski begitu, Erniwati juga senang melakoni pekerjaan ini ibu dengan 5 anak ini Apalagi kini anak bungsunya juga sudah bisa untuk membantu pekerjaan orang tuanya sepulang sekolah.
Meski lelah bekerja Erniwati tak melupakan kewajiban sebagai ibu. “Kalau itu tetap, jam 04.00 pagi saya sudah bangun, beres beres rumah dulu setelah itu baru bekerja mulai jam 08:00 hingga pukul 17:00 terang nya.(*)