Gadut,Agam – Nofiardi, SE sebagai calon Walinagari Gadut, Kec. Tilatang Kamang, Kab.Agam, Prov.Sumatera Barat, nomor urut 3 mengatakan kepada awak media nuansanews.com, Rabu (14/6/23), tetap dan akan selalu mempertahankan kelestarian bidang sosial budaya serta agama ditengah-tengah kehidupan masyarakat Nagari Gadut,”ucapnya.
Dalam Nagari Gaduik ada tradisi turun temurun nenek moyang dari dahulunya yang sudah mengkristal di tengah-tengah masyarakat,sehingga sudah menjadi budaya lokal yaitu Manjapuik Batu Pusaro (menjemput batu nisan),”imbuhnya.
Hal ini dilaksanakan secara bersama-sama dan bergantian dari satu orang ke yang lainnya,biasanya manjapuik batu dilaksanakan dihari Ahad pagi.Dari tradisi ini terlihat semangat kebersamaan masyarakat bahwa ada keinginan untuk meringankan beban satu sama lain (ringan samo dijinjiang, barek samo dipikua).Artinya semangat tolong menolong diantara masyarakat kita dibangun tanpa membedakan strata sosial, tanpa membedakan sikaya dan simiskin, dan tanpa membedakan suku dan kaumnya,Ini merupakan satu dari sekian banyak tradisi sosial budaya yang ada di Nagari Gadut,”ungkapnya.
Lanjut Nofiardi,” Momentum manjapuik batu dijadikan juga oleh masyarakat Gadut sebagai ajang bershilaturrahmi diantara mereka. Bahkan dimomentum manjapuik batu itu mereka merencanakan untuk turun basamo bergotong royong membangun dan atau memperbaiki fasilitas umum yang sudah rusak. Jika nantinya saya di percaya sebagai Walinagari Gadut periode 2023-2029,maka saya lebih menitik beratkan bidang sosial budaya pada bagaimana anak-anak muda kita paham dan mengaplikasikan nilai-nilai universal adat serta dapat membedakan antara tradisi adat dan agama,”ucap Nofiardi.
Selanjutnya dia mengatakan bahwa masyarakat Nagari Gadut 100% beragama Islam kecuali Murtad (keluar dari agama islam) dan pendatang. Falsafah adat minang kabau “Adat Basandi Syara, Syara Basandi Kitabullaah” menjadikan islam yang sumber ajarannya dari Kitab Allah SWT sebagai sandi (datang untuk mengokohkan) adat yang sudah lama ada,”ungkap Nofiardi.
Lalu team media memberikan Pertanyaannya, kenapa bisa sejalan antara adat yang sudah lama ada di minang kabau dengan ajaran islam yang kemudian datang?.
Nofiardi kemudian melanjutkan penjelasannya,” bahwa system matrilineal pertama ada pada masa dan zamannya Nabi Ibrahim AS. System keturunan matrilineal sekarang hanya ada dua daerah di dunia ini, pertama Minang Kabau dan yang kedua di Madaghaskar india selatan.Menurut saya ada kemungkinan penduduk Minang Kabau ini pertama kalinya dizaman nabi Ibrahim AS atau nabi Ismail AS.Tatanan masyarakat pada masa itu mengacu kepada ajaran yang dibawa Nabi Ibrahim dan ismail AS.Sedangkan Nabi Muhammad Shlallaahu Alaihi Wasallam sebelum diangkat Allah Menjadi Nabi dan Rasul beliau beribadah sesuai dengan ajaran dan ibadah yang diajarkan Nabi Ibrahim AS. Jadi, dikarenakan di Minang Kabau yang berkembang itu berakar dari ajaran Nabi Ibrahim, ketika Islam datang kemudian secara esensi antara adat dan islam tidak ada pertentangan, makanya Islam datang ke Ranah Minang mengokohkan budaya dan adat yang sudah ada,” imbuh Nofiardi.
Terakhir Nofiardi mengatakan bahwa semangat bergotong royong dan bermusyawarah harus menjadi ruh bersama dalam kehidupan bermasyarakat untuk kepentingan bersama demi membangun Nagari Gadut kedepannya.
“Masyarakat Makmur, Gadut Mandiri, Agam Kuat.”
(Iyaskari)