Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

PasEFest 2022, Kampung Halaman Imam Bonjol Kini Dijuluki Land of The Equator City  

PasEFest 2022, Kampung Halaman Imam Bonjol Kini Dijuluki Land of The Equator City

 

Pasaman,nuansanews.com – Siapa tak kenal Tuanku Imam Bonjol? Sosok pahlawan nasional yang begitu mahsyur atas perjuangannya mempersatukan kaum padri (kaum agama) dan kaum adat dalam perjuangan melawan Belanda. Namun, meski kepahlawanannya demikian ternama, masih banyak yang belum tahu bahwa beliau berasal dari ranah yang indah, yang dilintasi Garis Khatulistiwa di Kecamatan Bonjol, Kabupaten Pasaman.

 

Begitu ungkap Wakil Gubernur Sumbar, Audy Joinaldy dalam pembukaan Pasaman Equator Festival (PasEFest) 2022, sekaligus penanda deklarasi Pasaman Land of The Equator, Ranah Khatulistiwa, di Taman Museum Imam Bonjol, Pasaman (16/6/22).

Wagub mengatakan, nilai historis yang diwariskan Imam Bonjol dan keunikan geografis Pasaman sebagai Land of The Equator merupakan sebuah perpaduan icon menarik yang harus dipatenkan dan diangkat sebagai kekayaan intelektual Pasaman dan Sumatera Barat untuk menarik minat wisatawan.

 

Sebagai Kabupaten yang tengah bergerak secara progresif menjadi destinasi wisata baru, Menurut Wagub potensi besar Pasaman kini tengah di explore dengan dedikasi yang tinggi oleh pemerintah daerah. Belum lagi dalam waktu dekat Pasaman akan membangun planetarium yang diperkirakan akan menjadi yang terbesar di Sumatera, serta rencana kerjasama dengan BKSDA untuk pemugaran taman suaka alam di Rimbo Panti.

 

“Disamping nilai historis, geografis, dan pembangunan planetarium, Pasaman juga punya agrowisata jeruk dan strawberry, ada pula arung jeram dan wisata menyusur sungai dengan sampan di antara lembah, seperti di Amazon. Orang berwirasata kan pasti pergi ke beberapa tempat, Pasaman punya berbagai pilihan menarik yang kini kita branding sebagai Land of Equator City dan PasEFest,” kata Wagub.

Oleh karena itu, ia berpesan agar masyarakat Pasaman bersiap, karena menjadi destinasi wisata yang ramai dikunjungi membutuhkan perubahan paradigma, terutama berkaitan dengan hospitality, menjadi tuan rumah yang baik dan menjaga kebersihan lingkungan sebagai salah satu kunci keberlangsungan pariwisata. (Iyas)

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *