Bukittinggi,Sumbar – Komunitas Ayam “Kukuak Balenggek” mengadakan even dengan tajuk Bang Wako Cup yang diselenggarakan pada hari Minggu, 12 Februari 2023 di Lapangan Kantin Wirabraja, Kota Bukittinggi.
Adapun acara ini terselenggara Bang Wako Cup feat KABA membuat event bergengsi Festival Ayam Kukuak Balenggek se-Sumatera Barat.
Amde Apri Nasution (Aan co’boy) saat dikonfirmasi media ini mengatakan festival dilangsungkan untuk mengangkat jenis ayam endemik di Sumatera Barat yang berasal dari Tigo Lurah Payung Sekaki, Kabupaten Solok, ujarnya.
Ayam endemik Sumatera Barat ini terkenal unik, yang memiliki bermacam-macam jenis kukuaknya, imbuhnya.
Dalam event ini terbagi 4 (empat) kelas :
1. kelas landik (Kaba);
2. kelas boko (Dispora);
3. kelas istimewa perorangan (Bang Wako); dan
4. kelas istimewa club (Bang Wako).
Yang mana visi dari festival ini untuk mengangkat ketertarikan masyarakat untuk beternak dan melestarikan ayam endemik yang sudah mulai langka. Agar terkenal sampai penjuru Indonesia bahkan mancanegara, tukasnya.
Misi untuk terus melestarikan ayam endemik ini agar Pemerintah Daerah se-Sumatera Barat terus mengadakan kontes-kontes yang bertajuk untuk meningkatkan minat masyarakat agar tidak menangangggur. Dengan ayam ini masyarakat bisa memperoleh keuntungan bila diternakkan dan dikembang biakkan karena nilai jualnya yang cukup lumayan, imbuhnya.
Lebih jauh Amde selaku ketua panitia mengatakan panitia yang disponsori Pemko Bukittinggi melalui Kadispora Bukittinggi Frince Maradoni sangat mengapreasiasi dengan adanya event ini, Pemko sangat mendukung dengan cara menyediakan fasilitas berupa hadiah uang tunai, trophy, dan sertifikatnya, tuturnya.
Untuk teknisnya panitia cuma menyiapkan tenggeran dan sebagian. Lalu papan tulis dan berkas-berkas lainnya yang mana biaya tersebut dapat bantuan sponsor dari Perusahaan PR Cengkir Mas Sidoarjo.
Sebuah kontribusi dari tempat saudara Amde bekerja membawa rokok dari perusahaan tersebut, yaitu 327 dan gudang cengkeh, ulasnya.
Event ini sangat langka karna sebuah festival lomba tanpa biaya pendaftaran. Dan kata Amde memang inilah kearifan budaya Minangkabau.
Masyarakatnya yang berbudaya dan punya filsafah adat basandi syarak, syarak basandi kitabullah. Yang mana adat budaya mengandung norma agama yang kuat dan tinggi.
Lomba ini dinilai dari kegacoran ayam tersebut dengan selang waktu 10 menit yang mana rajin berkokok dialah pemenangnya, tutupnya.(*)