Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Apa Potensi Indonesia Sesungguhnya?

Apa Potensi Indonesia Sesungguhnya?

Banyak juga yang mempertanyakan, kenapa sepertinya Indonesia jalan ditempat saja, padahal setiap tahun ada uang yang dibelanjakan dengan jumlah yang tidak sedikit, tahun 2022 APBN -/+ 2500 T. Dari segi sumber daya manusia, dari Sabang sampai Merauke setidaknya ada -/+ 4.000 Universitas, dengan lulusan sarjana dan D3 -/+ 1.4 juta orang per tahun.

Kalau dilihat dari fakta di atas, sumber daya modal dan sumber daya manusia cukup (SDM) atau barangkali bisa dikatakan lebih dari cukup. Tapi kenapa setelah 77 tahun merdeka PDB Indonesia hanya nomor lima di ASEAN, dan nomor 116 di dunia (menurut data International Monetary Fund (IMF), pertanyaannya kenapa?

Kemungkin yang paling besar adalah, kita salah memetakan potensi ekonomi Indonesia, kalau dilihat sepintas. Dari 4.000 universitas, hampir seluruhnya jurusan-jurusan favorit adalah jurusan Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Kimia, Teknik Industri, Teknik Material, dan lain-lain. Tapi sampai saat ini, kita minim produk lokal dibidang industri berbasiskan teknologi tersebut. Baik otomotif, elektronik, komunikasi, dst. Padahal tenaga kerja yang terlibat disana adalah putra putri terbaik bangsa, kondisi tersebut berbanding terbalik dengan pertanian kita.

Pertanian Indonesia kini, setiap hari menghasilkan beras, cabe, bawang, jagung, alpukat, kopi, daging, telur, ikan, dst. Padahal yang terlibat dipertanian kita hanya 0.57% yang sarjana, hanya 4% yang usianya dibawah 40 tahun.

Kita bisa membandingkan kondisi SDM Pertanian dengan SDM industri yang berbasiskan teknologi tadi, hampir 100% (seratus persen) sarjana, bahkan magister, doktor, dan sebagian besar usianya juga dibawah 40 tahun.

Fakta diatas adalah sebuah fenomena luar biasa dengan sumber daya yang sangat minim, baik pendidikan maupun usia produktif pelakunya. Ternyata pertanian tetap produktif, tetap bertahan, dan tetap menyumbangkan ketahanan pangan bagi Indonesia.

Kira-kira apa jadinya pertanian Indonesia ketika anak-anak mudanya mau bergerak dalam bidang pertanian? Apa jadinya kalau sarjana² kita mengerahkan potensi keilmuan mereka untuk mendukung pertanian Indonesia? Mungkin bayangan Indonesia menjadi salah satu dari tiga kekuatan besar dunia sepertinya tidak mustahil.

Jadi, rasanya tidak berlebihan ajakan bagi kita semua untuk merenungkan apa sesungguhnya potensi terbesar dari negeri ini. Sehingga tercapai kesamaan visi dan seluruh bangsa mengerahkan kekuatannya untuk mendorong perkembangan potensi utama (pertaniannya) demi tercapai Indonesia sebagai bangsa yang besar, bangsa yang berdaulat, bangsa yang anak-anak bangsanya sejahtera, Aamiin.

Kemudian, dimana kita bisa membangun pertanian Indonesia? Tentu saja di kabupaten-kabupaten, di kampung-kampung, di pelosok-pelosok. Artinya sebagian anak-anak muda kita yang sarjana, magister atau doktor, harus kita ajak kembali pulang, pulang ke kampung halaman menjadi lokomotif dalam membangun potensi-potensi pertaniannya, potensi perkebunannya, potensi peternakannya, dan potensi lautnya.

Sebagai penutup, mari mengingat pepatah lama “Jika engkau ikan tidak usah bercita-cita bisa terbang, tapi jadilah ikan yang bisa berenang paling kuat, paling cepat.”

Penulis :
Suhatril, S.T.,MT
Petani Agam

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *