Jangan Tampilkan Lagi Ya, Saya Mau!

Riyan Permana Putra Ziarah Syekh Tuanku Aluma Koto Tuo dan Syekh Burhanuddin Ulakan Serta Ungkap Potensi Wisata Religi  

 

Pariaman,Sumbar  — Potensi Wisata Religi, Ziarah Syekh Tuanku Aluma Koto Tuo dan Syekh Burhanuddin Ulakan

 

Ketua PPKHI Bukittinggi dan Cucu Syech Tuanku Mato Aia Hadiri Ziarah Syech Tuanku Aluma di Koto Tuo serta Ungkap Potensi Wisata Religi

 

Kab. Pariaman – Riyan Permana Putra, S.H., M.H., perintis Perkumpulan Pengacara dan Konsultan Hukum Indonesia (PPKHI) Sumatera Barat melakukan ziarah atau wisata religi ke makam Syekh Burhanuddin Ulakan di Kabupaten Padang Pariaman yang lahir pada awal abad ke-17 pada Jumat, (4/11/2022) lalu.

 

Menurut Riyan, dalam berbagai literatur yang kebetulan bisa kita beli di sekitar makam, mencatat beragam tahun kelahirannya. Contohnya Masoed Abidin dkk dalam “Ensiklopedi Minangkabau” (2010) menyebut tahun kelahirannya pada 1021 Hijriah. Sementara, menurut Bustamam dan Duski Samad dalam “Syekh Burhanuddin Ulakan dan Islamisasi di Minangkabau” (2003) menyebut tahun 1026 H.

 

Saat dikonversi ke tahun Masehi, rentang 1021-1026 Hijriah tersebut diperkirakan antara tahun 1612-1617 Masehi, atau sekitar awal abad ke-17.

 

Riyan melanjutkan, Syekh Burhanuddin Ulakan masih masuk ulama generasi pertama di Minangkabau. Beliau juga tercatat sebagai yang paling awal menyiarkan Islam di Minangkabau lewat pendidikan surau.

 

“Semangat kembali ke surau haru kita kembali gemakan, kita belajar dari perjalanan Syekh Burhanuddin Ulakan yang mana atas kebaikan kawan lamanya dan izin Raja Ulakan, Syekh Burhanuddin diberi sebidang tanah. Di atas tanah tersebut, Syekh Burhanuddin mendirikan surau pertama, Surau Gadang Tanjung Medan,” katanya.

 

Surau menjadi tempat mengaji, belajar Islam, belajar tarekat, silat dan kekebalan menurut ajaran tarekat. Murid-murid syekh semakin banyak. Lembaga pendidikan itu juga mengembangkan solidaritas, gotong royong dan persaudaraan.

 

Murid-murid yang telah menyelesaikan pengajian dan pelajaran di Surau Gadang Tanjung Medan, kemudian diminta Syekh kembali ke kampung halaman masing-masing. Mereka diminta membuka surau dan pengajian di daerah masing-masing. Dengan cara inilah cabang pengajian Syekh Burhanuddin dan tarekat Syattariyah menyebar ke berbagai pelosok Sumatra Barat.

 

Setelah berdakwah sekitar 21 tahun, Syekh Burhanuddin berpulang ke Rahmatullah pada 10 Safar 1111 Hijriah.

 

Terlepas dari itu, selepas kepergian sang ulama generasi pertama, bekas muridnya berziarah ke Ulakan setiap 10 Safar. Ziarah massal yang ramai ini kemudian dikenal dengan tradisi “basapa” dan terus bertahan hingga lebih dari 3 abad hingga kini.

 

Sebelumnya tahun lalu, meski situasi pandemi, jelang Ramadhan Riyan Permana Putra juga melakukan ziarah ke Nagari Koto Tuo Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar), yaitu ke makam Syekh Tuanku Aluma yang terletak di Jorong Galudua, Nagari Koto Tuo sekitar 7 Km dari Kota Bukittinggi.

 

Riyan menyebutkan waktu itu ziarah berlangsung hikmat dan tetap dalam protokol kesehatan. Pada Rabu (17/3/2021) ribuan penziarah berdatangan dari berbagai daerah di Sumbar, bukan saja dari Sumbar juga dari Riau, Jambi, Bengkulu dan lainnya. Sehingga Jalan Bukitttingi – Maninjau tempatnya di km 7 terjadi kemacetan panjang. Bahkah terlihat puuhan mobil parkir di jalan Koto Tuo menuju Koto Gadang. Dengan ramainya penziarah ke Nagari Koto Tuo ini menghidupkan ekonomi dan kehidupan masyarakat Koto Tuo, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam.

 

Saat itu Riyan, Ketua PPKHI Bukittinggi bersilaturahmi bersama H. Dedi Edward, S.E., M.M., cucu dari Syekh Tuangku Mato Aia, yang juga ketua rombongan ziarah mengatakan dalam ziarah ini sengaja dibagi berdasarkan hari untuk mensiasati wisata religi di era covid-19,

 

“Ziarah ini dilakukan tetap dalam protokol kesehatan, untuk mengingat perjuangan dakwah ulama,” ungkapnya.

 

Mantan Anggota DPRD Provinsi Sumatera Barat dan sekarang merupakan Wakil Ketua Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies (ASITA) Sumatera Barat mengatakan, “Syekh Tuanku Mato Aia sendiri merupakan murid dari Syekh Tuanku Kiambang dan Syekh Tuanku Aluma merupakan guru dari Syekh Kiambang. Jadi kita harus kembali mengingat jasa seorang ulama, pahlawan saja kita peringati, ulama besar yang sudah berjuang untuk Indonesia dan umat juga harus kita pahami kontribusinya,” pungkasnya.

 

Saat bersama Cucu Syekh Tuanku Mato Aia Pariaman ini, Riyan juga mengungkapkan dahulu saat perjuangan melawan Belanda Syekh Tuanku Aluma Koto Tuo tak mampu ditembak oleh Belanda.

 

“Kita harus mengingat kontribusi ulama. Selain itu ia berpesan agar perbedaan atau khilafiah dalam Islam agar disikapi dengan bijak,” tukasnya.

 

Selain itu, Riyan yang merupakan pengacara Ramlan Nurmatias dan pengacara Syarikat Jalan Minangkabau ini juga menjelaskan ada potensi wisata religi di Koto Tuo, Kabupaten Agam yang harus terus dibenahi sehingga bermanfaat untuk perkembangan nagari.

“Sambutan masyarakat akan wisata religi ini cukup baik, bahkan bisa membawa wisatawan dari luar daerah ke Koto Tuo, Kabupaten Agam. Wisata religi sangat bagus karna wisatawan dibawa berjalan sambil berzikir, beribadah, dan menuntut ilmu,” katanya.

 

Dan ia pun berpesan kepasa pemerintah daerah agar perhatian kepada tokoh-tokoh semoga dapat diperhatikan terutama dalam bentuk bukti sejarah baik itu dalam bentuk benda maupun tradisi, ilmu dan lainnya.

 

Sekilas tentang Syekh Tuanku Aluma

 

Syech Tuanku Aluma merupakan salah satu tokoh penyebar agama Islam di Nagari Koto Tuo. Syekh Tuanku Aluma Koto Tuo memiliki kontribusi dalam pendidikan Islam karena semasa hidupnya Syekh Tuanku Aluma Koto Tuo menerangkan ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan ajaran Islam kepada murid-muridnya seperti fiqih, tarekh, tafsir, bahasa Arab, tasawuf, mantiq, ma’ani, dan banyak lagi ilmu tentang Islam termasuk cara membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar yang di pelajari, sehingga melahirkan murid-murid yang paham mengenai ajaran Agama Islam yang juga berpengaruh di masing-masing kampung halamannya tanpa disadari Syekh Angku Aluma melahirkan murid-murid yang paham mengenai ilmu pengetahuan khususnya tentang Islam.

 

Syekh Burhanuddin Ulakan dan Syekh Aluma Koto Tuo menurut Riyan memiliki keterkaitan karna Syekh Aluma Koto Tuo ialah seorang ulama Tarikat Syathariyah di Darek yang mempunyai pengaruh besar, hingga disebut ketika Ulakan tidak lagi menampakkan pengaruh, nyaris Koto Tuo (dalam hal ini Surau Angku Aluma ini) menyaingi posisi Ulakan, bahkan merebut pengaruh Ulakan dikalangan pengikut Syathariyah. (*)

Share:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *