Agam,Sumbar – Kami mintak keadilan ungkap nenek Nurbaya (95) korban penyerangan dalam memperebutkan harta pusako tinggi asal Sariak Laweh Kecamatan Palupuh,Kab.Agam, Provinsi Sumatera Barat.
Sangat menyesalkan tindakan dari saudaranya yang masih satu kaum dengannya, akibat sangketa pengolahan sawah yang telah di tetapkan secara turun temurun, berujung dengan tindakan anarkis, yang melukai wajahnya, serta penghancuran kaca jendela rumahnya.
Kejadian ini terjadi pada Selasa, 11/09 di rumahnya, jorong sariak laweh, Palupuh, N bersama anak nya sudah melaporkan kejadian ini ke Polsek Palupuh, namun hingga saat ini belum ada tindakan dari pihak Polsek untuk menahan tersangka yang berjumlah 4 orang kakak beradik, ujar K 56th, ( anak korban ).
Menurut keterangan K pelaku juga mengeluarkan ancaman akan membunuh ibu nya, bahkan akan membakar rumahnya, kebetulan korban ( N ) bersama anaknya sedang di dalam rumah, luka di mulut nenek yang berusia 95 tahun ini akibat lemparan paralon, bahkan pelaku memecahkan kaca jendela rumahnya.
Lebih lanjut K mengatakan, luka tersebut sudah di bawa puskesmas palupuh untuk di obat, semua biaya sudah bayar, namun surat keterangan visum pihak Puskesmas tidak mau memberikan, dengan alasan nanti polisi ysng akan mengambilnya. Ujar K.
K menambahkan, permasalahan ini akibat tanah pusako tinggi ,sawah yang harus bergilir untuk di kerjakan, tp pelaku tak mau menyerahkan kepada keluarga korban, sebenarnya permasalahan ini sudah di selesaikan oleh ninik mamak setempat, namun yang menjadi permasalahan besar bagi K dan Ibunya tindakan anarkis yang di lakukan, seperti pemecahan kaca jendela, dan luka di wajah ibunya.
Di saat itu ditempat yang terpisah saat team media minta komfirmasi dari Jorong setempat, Erizal mengatakan kalau kami dari pihak Nagari dan Ninik Mamak sudah berusaha untuk mendamaikan kedua belah pihak yang sedang Bersengketa,”ucapnya.
Lanjut,Erizal”.Hingga saat ini pihak pelaku belum ada itikat baik untuk mengganti kerugian dan permohonan maaf kepada ibunya, K meminta ke pada pihak polsek palupuh untuk menindak lanjuti, karena ada rasa was was baginya, sebab ibunya yang sudah tua tinggal sendirian di rumah, sedangkan ia bekerja di padang, ” kita hanya menuntut keadilan, ujarnya, seperti pengobatan dan pengantian kaca yang pecah,” tutupnya. (Mtj)