Tokoh Millenial Bukittinggi Riyan Permana Putra sebut Pola Pikir Kaum Muda untuk Menjadi PNS Harus Direvolusi
Bukittinggi – Dalam acara Bincang Pagi yang diadakan oleh Radio Republik Indonesia (RRI) Bukittinggi dengan tema Lulus Tes Seleksi Abdi Negara, CPNS 2021 Hengkang yang diselenggarakan padan Jumat, 3 Juni 2022, pukul 08.00 – 09.00 WIB yang dipandu oleh Jhoni Marbeta, S.E, A.K.
Dalam acara ini menghadirkan narasumber Tokoh Millenial Bukittinggi, Dr (cand). Riyan Permana Putra, S.H., M.H., Menaker RI Periode 1999 – 2000 Prof. Dr. H. Bomer Pasaribu, S.H., S.E., M.S., Pakar Akuntasi Keuangan FE Unand, Dr. Yuniwati, M.Si., Ak., Pakar Kebijakan Publik Fisip UI Dr. Lisman Manurung, M.Sc, Phd., dan Mantan Dirjen Otda Kemdagri Prof. Dr. Djohermansyah.
Tokoh Millenial Bukittinggi, Dr (cand). Riyan Permana Putra, S.H., M.H., menyatakan berdasarkan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan RB) Nomor 27 Tahun 2021 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil disebutkan CPNS yang lulus dan mengundurkan diri itu terancam kena sanksi dan denda. Jumlah denda tersebut tergantung dari instansi yang telah melakukan tes. Denda ini harus dibayar CPNS karena dalam pelaksaan tes, intansi pemerintah tersebut bisa saja bekerja sama dengan instansi lain dalam melakukan tes.
Selain itu Riyan juga menyinggung tentang pola pikir millenial Bukittinggi untuk menjadi PNS Harus segera direvolusi. Kaum muda harus mengasah kepemimpinan dan jaringan. APBN sudah berat untuk menggaji PNS. Selama ini banyak kaum muda ingin jadi PNS, mindset ini harus direvolusi dari akar bawah,” katanya di RRI Bukittinggi, pada Jumat, (3/6/2022).
Pada kesempatan tersebut Riyan juga memberikan tips sukses berwirausaha di usia muda. Satu di antaranya yang penting adalah jangan habiskan waktu muda untuk pacaran, melainkan membangun kemampuan leadership (kepemimpinan) dan networking (jaringan).
“Wirausaha harus punya kepemimpinan yang kuat. Kewirausahaan tidak akan berjalan baik tanpa kepemimpinan yang mumpuni. Jaringan atau networking akan menekan modal hingga sangat minimal,” tambahnya.
Apalagi menurut Riyan yang juga merupakan Ketua Perkumpulan Pengacara dan Konsultan Hukum (PPKHI) Kota Bukittinggi menyatakan bahwa pada 2030-an Indonesia punya bonus demografi di mana penduduk akan didominasi oleh usia produktif. Ia menuturkan untuk menyongsong bonus demografi tersebut kaum muda harus mengubah pola pikir dari ingin jadi pekerja menjadi ingin berwirausaha sejak dini.
Padahal, fakta menunjukkan bahwa peluang menjadi kaya ada pada pengusaha bukan PNS. PNS yang tidak memiliki jabatan tinggi dan tidak memiliki pekerjaan lainnya akan hidup dalam kesederhanaan. Jika ingin kaya jadilah pengusaha, bukan menjadi PNS. Mark Zuckerberg memiliki kekayaan bersih $ 68,3 miliar.
Demikian juga pendidikan kita, sedikit menanamkan jiwa wirausaha kepada siswa dan mahasiswa. Menurut laporan US News and World Report dalam 2019 Best Countries, Indonesia dan Filipina menempati peringkat kedua terendah dalam dimensi kewirausahaan pada 2018. Skor yang diperoleh Indonesia dan Filipina sebesar 0,7 dari skala 10. Di tingkat dunia, Indonesia berada di peringkat ke-50 dari 80 negara yang disurvei. Indonesia kalah dari Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, dan hanya menang dari Filipina dan Myanmar.
Riyan yang juga merupakan Ketua Forum Pers Independen Indonesia (FPII) Korwil Bukittinggi Agam ini menyebutkan bahwa untuk memecahkan masalah sosial dan lingkungan hidup agar hidup manusia menjadi lebih baik dan nyaman. Wirausaha menciptakan perubahan, memberi masyarakat, menambah pendapatan nasional, dan mengurangi kemiskinan,” katanya
Seseorang bisa melakukan semua indikator tersebut dengan menjadi pegawai pemerintah atau swasta. Akan tetapi daya ubahnya tidak akan sebesar jika ia benar-benar fokus pada bidang tertentu secara khusus.
Rata-rata negara maju jumlah wirausahanya sudah 12 persen. Untuk menjadi negara maju minimum 4 persen. Makanya kita terus mengejar. Penguatan kewirausahaan masuk RPJMN untuk memperkuat pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.
Riyan juga miris dengan rasio kewirausahaan di Indonesia masih rendah 3,74 persen. Ini di bawah negara ASEAN. Thailand jumlah wirausahanya sudah 4,2 persen, Malaysia 4,7 persen, Singapura 8,7 persen.
Seharusnya untuk kepemimpinan Bukittinggi dan Indonesia ke depan, Riyan menyarankan agar para pemimpin mengejar ketertinggalan tersebut dan menargetkan peningkatan secara bertahap. Sehingga ke depan Indonesia sudah memiliki rasio kewirausahaan di atas 3,9 persen. Akan lebih baik sebelum melangkah disiapkan aturan hukum terlebih dahulu seperti dengan merancang aturan seperti perpres. Sehingga lebih jelas target melahirkan wirausaha baru di tanah air dan di nagari.
Mantan Dirjen Otda Kemdagri Prof. Dr. Djohermansyah yang juga merupakan Perantau Minang ini karena mereka melihat gaji dan tunjangan yang mereka terima.
“Memang sebenarnya macam-macam alasannya. Pertama itu mereka ternyata tidak tahu berapa jumlah gaji (mungkin gajinya tidak mencukupi). Kedua, ada yang menyampaikan alasannya kalau mereka tidak lagi termotivasi, macam itu. Kebanyakan memang tentang gaji, ada juga yang lokasi. Mungkin ada yang penempatan lokasinya jauh,” jelasnya.
Sedangkan Menaker RI Periode 1999 – 2000 Prof. Dr. H. Bomer Pasaribu, S.H., S.E., M.S., melihat zaman terus berjalan, Milenial dan Generasi Z saat ini lebih memilih memiliki pekerjaan yang bisa menghasilkan uang dalam jumlah besar dan karir yang sukses. Tidak hanya itu, kebanyakan dari mereka tidak ingin terjebak dalam karir dan hidup yang tidak mereka inginkan dan terkesan ‘begitu-begitu saja’.
“PNS bukan lagi menjadi pekerjaan yang paling diidamkan saat ini. Hal ini dibuktikan dengan ratusan calon pegawai negeri sipil (CPNS) yang dinyatakan telah lolos tahap seleksi akhir memutuskan untuk mengundurkan diri,” tutupnya.(Iyas)